Udang  putih (Litopenaeus vannamei) dikenal masyarakat dengan nama vannamei  merupakan spesies asli dari perairan Amerika Tengah. Spesies udang putih  (Litopenaeus vannamei) resmi diperkenalkan dan dibudidayakan di  Indonesia mulai awal tahun 2000. Hal ini menggairahkan kembali usaha  pertambakan di Indonesia yang mengalami kegagalan budidaya akibat  serangan penyakit terutama bintik putih (white spot) pada budidaya udang  windu (Penaeus monodon Fab.). Penyakit white spot telah menyerang  tambak-tambak udang windu, baik yang dikelola secara tradisional maupun  intensif meskipun telah menerapkan teknologi tinggi dengan fasilitas yang lengkap.
 Udang  vaname digolongkan kedalam genus Panaid pada Filum Arthropoda. Ada  ribuan spesies difilum ini. Namun, yang mendominasi perairan berasal  dari subfilum Crustrcea.
  Ciri – ciri subfilum crusteca yaitu memiliki 3 pasang kaki berjalan  yang berfungsi untuk mencapit, terutama dari ordo Decapoda, seperti  Litopenaeus chinesis, L. japonicus, l. monodon, L. stylirotris, dan  Litopenaeus vannamei. Menurut D.A Susanto (1998), secara klasifikasinya  udang vanamei adalah sebagai berikut :
 Kingdom   : Animalia
 Subkingdom  : Metozoa
 Filum   : Arthropoda
 Subfilum   : Crustacea
 Kelas  : Malacostraca
 Subkelas   : Eumalacosteraca
 Superordo   : Euracida
 Ordo   : Decapoda
 Subordo   : Denderobrachiata
 Famili   : Penaeidae
 Genus   : Litopeneus
 Spesies   : Litopeneus vannamei
  Tubuh udang vaname dibentuk oleh 2 cabang (Biromous), yaitu exopodite  dan endopodite. Vaname memliki tubuh berbuku –buku dan aktivitas  berganti kulit luar ( moulting ). Ciri – cirri udang vanamei adalah  sebagai berikut :
Bagian  kepala udang vanamei terdiri dari antenula, antenna, mandibula, dan  5 pasang kaki jalan
 
Udang  vanamae bagian kaki berjalan , terdiri dari 2 pasang maxillae dan 3  pasang maxillae dan 3 pasang maxilliped.
 
 Bagian  perut vaname terdiri dari 6 ruas
 
 Udang  vaname bagian kaki renang, terdiri dari 5 pasang
 
Bagian  ekor udang vaname berbentuk seperti kipas
 
Bagian  tubuh udang vanamae terdiri dari Kepala (thorax) dan perut  (abdomen).
 
Tubuh udang vanamae dapat dibagi atas 2 bagian yaitu :
 Kepala  udang vaname terdiri dari antenula, antenna, mandibula, dan 2 pasang  maxillae. Kepala udang vaname juga dilengkapi dengan 3 pasang maxilliped  5 pasang kaki bejalan ( Peripoda ) atau kaki sepuluh (Decapoda).
 Maxilliped  berfungsi sebagai organ untuk makan. Bentuk poropoda beruas ruas yang  berujung di bagian dactylus ada yang berbentuk capit ( kaki ke-1, ke-2,  dan kaki ke3) dan juga yang tanpa capit (kaki ke-4 dan kaki ke-5).  
 Abhdomen  terdiri dari 6 ruas. Pada bagian abdomen terdapat 5 pasang kaki renang  dan sepasang uropods (mirip ekor) yang membenruk kipas bersama sama  telson.
 Udang  vaname bersifat nocturnal, yaitu melakukan aktifitas pada malam hari.  Siklus hidup udang vaname sebelum ditebar dibak beton yaitu stadia  nauplii, stadia zoea, stadia mysis, dan stadia postlarva.
 Pada  stadia ini, larva berukuran 0,32 – 0,58 mm. Sistem ini pencernaannya  belum sempurna dan masih memiliki cadangan makanan berupa kuning telur,  pada stadia ini udang vaname belum membutuhkan makanan dari luar.
 Stadia  Zoea terjadi setelah naupli ditebar dibak pemeliharaan sekitar 15 – 24  jam. Larva sudah berukuran 1,05 – 3,30 mm. Pada stadia ini benih udang  mengalami molting sebanyak 3x, lama waktu proses pergantian kulit  sebelum memasuki stadia berikutnya (mysis) sekitar 4-5 hari. Pada stadia  ini, benih sudah dapat diberi makan alami seperti artemia.
 Pada  stadia ini, benih sudah menyerupai bentuk udang yang dicirikan dengan  sudah terlihat ekor kipas (uropods) dan ekor (telson). Ukuran larva  berkisar 3,50 – 4,80 mm. Stadia ini memiliki 3 substadi yaitu mysis 1,  mysis 2, dan mysis 3 yang berlangsung selama 3 – 4 hari sebelum masuk  pada stadia postlarva (PL).
 Pada  stadia ini, benih udang vaname sudah tampak seperti udang dewasa. Pada  stadia ini udang sudah mulai aktif bergerak lurus kedepan.
 Sifat – sifat penting Udang Vaname :
  Aktif pada kondisi  gelap (noctural)
 
  Dapat hidup pada  kisaran salinitas lebar (euryhaline)
 
  Suka memangsa jenis  ( kanibal )
 
  Tipe pemakan  lambat, tetapi terus menerus (continous feeder)
 
  Menyukai hidup  didasar ( Bentik )
 
  Mencari makan lewat  organ sensor (chemoreceptor)
 
  Sifat cenderung  karnivora
 
 Genus  Pennaeid mengalami pergantian kulit (moulting) secara periodik untuk  tumbuh, termasuk udang vannamei. Proses moulting berlangsung dalam 5  tahap yang bersifat kompleks, yaitu postmolting lanjutan intermolting (  premoulting ), dan molting (ecdysis). Proses moultin diakhiri dengan  pelepasan kulit luar dari tubuh udang.
 Moulting  akan terjadi secara teratur pada udang yang sehat. Bobot udang akan  bertambah setiap kali mengalami Moulting. Faktor – factor yang  memperngaruhi Moulting massal yaitu kondisi lingkungan, gejala pasang,  dan terjadi penurunan volume air atau surut.
 Udang  termasuk golongan omnivore atau pemakan segala. Udang vaname mencari  dan mengidentifikasikan pakan menggunakan sinyal kimiawi berupa getaran  dengan bantuan organ sensor yang terdiri dari bulu – bulu halus (setae).  Organ sensor itu terpusat pada ujung anterior antenula, bagian mulut,  capit, antenna, dan maxilliped. Dengan bantuan sinyal kimiawi yang  ditangkap, udang akan merespon untuk mendekati atau menjauhi sumber  pakan.
  Pendeteksian pakan  dengan sinyal kimiawi
 
  Orientasi  (pengalaman medan), saat udang akan bergerak menuju sumber pakan
 
  Bergerak mendekati  sumber pakan
 
  Menjepit pakan  dengan kaki jalan dan dimasukan ke dalam mulut
 
  Udang kan berhenti  makan bila sudah kenyang
 
 Usaha budidaya udang putih (Litopenaeus vannamei)  menjanjikan keuntungan yang besar. Keuntungan dari usaha budidaya udang  putih ini dapat diperoleh secara maksimal apabila udang yang  dibudidayakan mencapai laju pertumbuhan maksimal dan pertumbuhan normal  (proporsi panjang dan berat yang seimbang atau tidak kuntet) sehingga  diperoleh nilai rasio konversi pakan atauFeed Convertion Ratio (FCR) yang optimal sebesar 1,4 sampai 1,6.  
 Udang  putih (Litopenaeus vannamei) memiliki karakteristik budidaya yang  unggul. Spesies ini dapat tumbuh hingga 20 gram secara cepat dengan laju  pertumbuhan mencapai 3 gram per minggu dengan budidaya kepadatan tinggi  (100 ekor/m2). Setelah itu, udang putih (Litopenaeus vannamei) tumbuh  lambat sekitar 1 gram per minggu, dan individu betina tumbuh lebih cepat dibandingkan individu jantan. (Wyban dan Sweeney, 1991). Oleh karena itu, pengamatan pertumbuhan panjang maupun berat tubuh udang harus diamati secara visual dari hari ke hari pemeliharaan.  
 Daftar Pustaka
Sumber : http://richardandreas-richard.blogspot.com/
 
Belum ada tanggapan untuk "Berkenalan dengan Udang Vannamei"
Posting Komentar