Sabtu, 09 Juni 2012

Kiat Budidaya Udang di Musim Hujan

Hujan dengan intensitas yang tinggi dapat menyebabkan stres pada udang sehingga rentan terkena penyakit

Memasuki puncak musim hujan dengan intensitas yang semakin tinggi, dapat mempengaruhi aktivitas budidaya udang di tambak. Setidaknya demikian pendapat petambak udang di Desa Dabung Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat, M Zainoedin Arif. Menurutnya, hujan yang terus menerus mengakibatkan salinitas tambak menurun, kondisi menuntut petambak menerapkan strategi jitu agar tidak mendapat masalah dan hasil produksi bisa tetap optimal.
“Sanilitas bisa turun dan air di tambak menjadi sedikit tawar,” ungkap pemilik usaha Golden Shrimp ini kepada TROBOS belum lama ini.
Selain itu, lanjut Zainoedin, intensitas hujan yang tinggi bisa menimbulkan peningkatan pH (kadar asam) di tambak. Apalagi tambak di wilayahnya merupakan  tanah gambut.
Kadar keasaman tambak bisa mencapai 3 – 4, padahal pH yang dibutuhkan sekitar 7. Akibatnya, jumlah plankton bisa turun, terjadi pembusukan di dasar tambak yang menghasilkan amoniak dan bisa menjadi racun bagi udang. Pria yang budidaya udang vannamei sejak 2004 ini menambahkan, akibat hujan dan tanah gambut membuat kandungan zat besi di tambak semakin tinggi. Zat besi ini bisa menempel dan menimbulkan kemerahan dan bengkak pada udang.
Akibat hujan inipun dapat menimbulkan penurunan kadar oksigen dalam tambak. “Dari kondisi tersebut dapat menyebabkan udang stres dan rentan terkena penyakit seperti white spot, insang merah dan myo,” ungkap pria yang memiliki luas tambak sekitar 20 ha ini.
Pendapat senada disampaikan Nandi Rustandi. Petambak intensif di daerah Sukra Indramayu ini mengatakan, hujan dengan intensitas tinggi mengakibatkan perubahan salinitas dan menurunnya oksigen terlarut dalam tambak. Kondisi itu dapat memicu munculnya penyakit di tambak. “Rendahnya oksigen terlarut dalam air umumnya terjadi di malam hari sehingga harus diwaspadai,” saran Pengelola PT Matina Sari Mukti ini.
Pengapuran
Zainoedin menyarankan, guna mencegah agar udang tidak stres dan terkena penyakit dilakukan pengapuran pada tambak. Jika intensitas hujan tinggi, penebaran kapur dilakukan sebanyak 100 kg untuk 1 ha tambak. Namun jika intensitas hujannya rendah, penebaran kapur dilakukan sebanyak 50 kg untuk 1 ha tambak. “Pengapuran ini dilakukan pada saat persiapan tambak dan diulang setiap minggu,” jelasnya.
Vitamin dan Probiotik
Dalam menghadapi musim hujan ini, memperbaiki kondisi dan daya tahan udang harus terus dilakukan. Penguatan kondisi dan daya tahan udang dilakukan dengan pemberian pakan yang baik, multivitamin dan probiotik. Zainoedin menguraikan untuk pemberian pakan disesuaikan dengan standar pabrikan. Sedangkan untuk pemberian multivitamin di musim hujan diberikan ekstra setiap kali pemberian pakan di tambak. “Pemberian multivitamin yang dicampurkan ke pakan ini kalau dalam kondisi normal cukup seminggu sekali,” katanya.
Sementara itu, probiotik digunakan sebagai bakteri pengurai sedimen tambak. Penggunaan bakteri pengurai dengan interval pemberian seminggu sekali ini sebagai investasi karena plankton akan banyak dan stabil bahkan udang pun tidak perlu diberi makanan di 1 bulan pertama karena makanan tersedia secara alami. “Dengan pengapuran dan penggunaan probiotik ini sejak tambak dibuat sampai sekarang tidak pernah direhab dan hasil panen pun terus meningkat,” ungkapnya.
Pertumbuhan Cepat
Tidak hanya dampak negatifnya, tapi musim hujan pun memberikan dampak positif bagi udang. Pertumbuhan udang justru lebih cepat dan udang cepat molting (pelepasan kulit). “Kalau hujan kadar garam menurun dan kecenderungan udang cepat molting dan fasenya bisa serempak,” kata Zainoedin.
Hal senada disampaikan Nandi yang menyatakan pertumbuhan udang di musim hujan cenderung lebih baik. Dari pertumbuhan udang dalam kondisi normal antara  2 – 2,5 g per minggu di musim hujan bisa mencapai 3 gr per minggu.


Sumber : http://www.trobos.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar