Senin, 06 Juni 2016

Antara Puasa dan Kesehatan

Hallo sahabat excel, alhmadulillah tahun ini kita bisa bertemu kembali dengan bulan suci Ramadhan. Kami menyampaikan selamat menjalankan ibadah puasa bagi yg sedang menjalankannya. Kali ini saya mencoba berbagi informasi seputar hubungan puasa dengan aspek kesehatan. Selama ini kita sudah sering mendengar bahwa ibadah puasa selalu dikaitkan dengan aspek spiritual.

Kalau dari sisi spiritual, ibadah puasa akan banyak sekali hikmahnya antara lain, memperkuat rasa ketergantungan kepada Allah, menumbuhkan rasa solidaritas terhadap sesama yang pada akhirnya memperkuat jiwa taqwa. Oke lah, bukan itu yang kita bahas kali ini....

Adapun dari aspek kesehatan sesungguhnya puasa akan berdampak sangat baik bagi kesehatan jika dilakukan dengan benar dan proporsional. Pada saat tubuh kita kekurangan makanan, maka secara otomatis tubuh akan membakar lemak untuk bisa diubah menjadi energi. Proses ini akan berdampak pada penurunan berat badan.

Tetapi jika puasa dilakukan dalam waktu yang lama, hal ini akan memaksa tubuh untuk mengambil protein dari otot untuk dijadikan tenaga. Kondisi ini jelas kurang baik bagi kesehatan. Demkian seperti yang dikatakan oleh Dr Razeen Mahroof dari Universitas Oxford, Inggris.

Perubahan pada tubuh selama menjalankan ibadah puasa tergantung durasi berpuasa secara kontinu. Tubuh akan bisa berpuasa selama delapan jam sejak makanan terakhir diterima tubuh, setelah usus selesai menjalankan tugasnya menyerap nutrisimakanan.


Dalam kondisi normal, glukosa yang tersimpan dalam lever dan otot akan berubah menjadi sumber energi utama. Selama kita berpuasa, cadangan glukosa inilah yang lebih dulu dipakai untuk menyediakan tenaga. Setelah beberapa jam puasa berjalan dan glukosa menipis, giliran berikutnya lemaklah yang menjadi sumber energi.

Seiring berjalannya waktu, berikutnya giliran protein yang dijadikan sumber energi. Bila keadaan seperti itu berlangsung terus menerus untuk waktu yang sangat lama, tentu saja tak baik buat kesehatan. Protein dalam otot terus terkuras untuk dijadikan energi bagi tubuh sehingga mengakibatkan orang yang menjalaninya terlihat kurus dan lemah.

Namun keadaan seperti itu tidak terjadi selama bulan suci Ramadan karena puasa di bulan Ramadhan hanya berlangsung harian dan orang yang menjalaninya akan berbuka setelah waktunya, bukan berpuasa secara terus-menerus tanpa kenal waktu. Dalam hal ini Allah yang Maha mengetahui kekuatan dan kemampuan hamba-Nya. Allah tidak akan membebani kewajiban kecuali sebatas kemampuan manusia.

Puasa di bulan Ramadan hanya berlangsung dari fajar sampai petang, sehingga energi tubuh yang hilang bisa digantikan lewat makanan saat sahur dan berbuka. Puasa Ramadan hanya menyedot glukosa dan lemak untuk dijadikan tenaga, tak sampai menguras protein di otot.

Lebih lanjut menurut Dr Mahroof, penggunaan lemak untuk dijadikan energi berefek pada berkurangnya berat badan, menjaga otot, dan menurunkan kadar kolesterol. Sebagai tambahan dari turunnya berat badan adalah kontrol yang lebih baik terhadap diabetes dan tekanan darah tinggi. "Detoksifikasi juga terjadi karena racun-racun yang tersimpan dalam lemak tubuh dikeluarkan dari tubuh," kata Dr Mahroof. Wallahu A’lam.


Sumber : tempo.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar