Gejalanya mirip masuk angin biasa, bila dibiarkan bisa menjadi kanker
SURABAYA- Anda sering mengonsumsi jamu? Sebaiknya pertimbangkan lagi hal itu. Sebab, mengonsumsi ramuan tradisional ini tanpa melalui anjuran dokter dapat menyebabkan maag akut.
Saat ini penggunaan obat tradisional di Indonesia masih sangat tinggi. Data riset kesehatan dasar (riskesdas) 2010 menyebutkan hampir setengah atau sekitar 49,53% penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas, mengonsumsi jamu. Dari angka itu 4,36 persen bahkan mengonsumsi jamu setiap hari.
Kepala SubDep Divisi Gastroentero Hepatologi Dep SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unair- RSU dr Soetomo Prof dr H Iswan A Nusi SpPD KGEH mengatakan mengonsumsi jamu secara berlebihan dapat menyebabkan iritasi dan kerusakan lambung. Akibatnya lambung bisa mengalami pendarahan atau mengalami syndroma dyspepsia atau maag akut.“
Penyakit maag tidak hanya disebabkan pola makan yang tidak teratur saja. Tapi bisa juga karena penggunaan obat-obatan pereda rasa nyeri NSAID (Non Steroid Anti-Inflamasi Drug), seperti obat-obatan rematik, aspirin, asam mefenamat dan jamu,” paparnya Kamis (3/11).
Apalagi kata Iswan iritasi dan kerusakan lambung sulit dideteksi karena gejalanya mirip dengan masuk angin biasa. Pasien seringkali tidak menyadari jika mengalami iritasi dan kerusakan lambung. Keluhan iritasi dan kerusakan lambung biasanya perut tiba-tiba terasa mual, ingin muntah, banyak bersendawa, sebah dan rasa panas di dada. “Kalau dibiarkan bisa menjadi kanker,” ucap dokter spesialis penyakit dalam ini.
Lanjutnya, untuk mendiagnosa adanya gangguan pada lambung ini dilakukan pemeriksaan dengan penggunaan endoskopi. Yaitu suatu alat yang digunakan untuk memeriksa organ dalam tubuh (khususnya saluran cerna) secara visual dan dapat dilihat melalui layar monitor. “Penanganan pasien Maag sendiri dilakukan dengan memberikan diet TPTK RL (Tak Pedas Tak Kecut Rendah Lemak) pada pasien. Karena pengaturan pola makan pasien sangat membantu proses pengobatan,” kata Iswan.
Terpisah, Kepala Poli Obat Tradisional Indonesia (OTI) RSU dr Soetomo Surabaya dr Arijanto Jonosewojo SpPD mengungkapkan penggunaan obat tradisional sejenis jamu atau obat herbal memang tidak boleh sembarangan. Masyarakat harus tetap menggunakan resep dokter sebelum meminumnya. “Jadi pemakaian obat tradisional harus tetap dalam pengawasan dokter supaya kita tahu ketika terjadi efek samping sebelum membahayakan,” ujarnya.
Menurut dia, banyak masyarakat yang percaya obat tradisional lebih aman daripada obat kimia.Padahal obat kimia justru telah melalui uji standar, sedangkan obat tradisional masih sangat langka pengujiannya. “Kita harus hati-hati dengan pemakaian obat tradisional karena kita tidak tahu pasti kandungan zat aktifnya. Karena itu, penggunaan obat tradisional harus tetap dengan resep dokter,” terangnya.
Diterangkan Ari, sebelum meresepkan obat tradisional seorang dokter akan memperhatikan tiga hal. Pertama adalah keamanan obat tradisional yang diresepkan. Apakah obat tradisional tersebut aman dikonsumsi dan tidak menimbulkan efek samping yang merugikan bagi pemakainya. Kedua, meneliti khasiatnya, apakah mencegah atau menyembuhkan penyakit yang diderita. Sedangkan ketiga, memperhatikan kualitas obat tradisional.“ Jadi meskipun saat ini jamu sudah dimasukkan dalam peresepan dokter namun tetap tidak boleh sembarangan. Karena obat tradisional tidak hanya harus aman tapi juga memiliki kualitas yang baik dan terjaga,” tuturnya.
Proporsi jenis jamu yang banyak dipilih untuk dikonsumsi adalah jamu cair (55,16%); bubuk (43,99%); dan jamu seduh (20,43%). Sedangkan proporsi terkecil adalah jamu yang dikemas secara modern dalam bentuk kapsul/pil/tablet (11,58%).n mla
Tanda-tanda maag akut:
-Perut tiba-tiba mual
-ingin muntah
-banyak bersendawa
-sebah
-rasa panas di dada
Risiko :
Kanker
Sumber : Surabaya Post
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Konsumsi Jamu Berlebihan Picu Maag Akut"
Posting Komentar