Hujan dengan intensitas yang tinggi dapat menyebabkan stres pada udang sehingga rentan terkena penyakit

Memasuki  puncak musim hujan dengan intensitas yang semakin tinggi, dapat  mempengaruhi aktivitas budidaya udang di tambak. Setidaknya demikian  pendapat petambak udang di Desa Dabung Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu  Raya Kalimantan Barat, M Zainoedin Arif. Menurutnya, hujan yang terus  menerus mengakibatkan salinitas tambak menurun, kondisi menuntut  petambak menerapkan strategi jitu agar tidak mendapat masalah dan hasil  produksi bisa tetap optimal.
“Sanilitas bisa turun dan air di tambak menjadi sedikit tawar,” ungkap  pemilik usaha Golden Shrimp ini kepada TROBOS belum lama ini. 
Selain  itu, lanjut Zainoedin, intensitas hujan yang tinggi bisa menimbulkan  peningkatan pH (kadar asam) di tambak. Apalagi tambak di wilayahnya  merupakan  tanah gambut.
Kadar keasaman tambak bisa mencapai 3 – 4, padahal pH yang dibutuhkan  sekitar 7. Akibatnya, jumlah plankton bisa turun, terjadi pembusukan di  dasar tambak yang menghasilkan amoniak dan bisa menjadi racun bagi  udang. Pria yang budidaya udang vannamei sejak 2004 ini menambahkan,  akibat hujan dan tanah gambut membuat kandungan zat besi di tambak  semakin tinggi. Zat besi ini bisa menempel dan menimbulkan kemerahan dan  bengkak pada udang.
Akibat hujan inipun dapat menimbulkan penurunan kadar oksigen dalam  tambak. “Dari kondisi tersebut dapat menyebabkan udang stres dan rentan  terkena penyakit seperti white spot, insang merah dan myo,” ungkap pria  yang memiliki luas tambak sekitar 20 ha ini.
Pendapat senada disampaikan Nandi Rustandi. Petambak intensif di daerah  Sukra Indramayu ini mengatakan, hujan dengan intensitas tinggi  mengakibatkan perubahan salinitas dan menurunnya oksigen terlarut dalam  tambak. Kondisi itu dapat memicu munculnya penyakit di tambak.  “Rendahnya oksigen terlarut dalam air umumnya terjadi di malam hari  sehingga harus diwaspadai,” saran Pengelola PT Matina Sari Mukti ini.
Pengapuran
Zainoedin menyarankan, guna mencegah agar udang tidak stres dan terkena  penyakit dilakukan pengapuran pada tambak. Jika intensitas hujan  tinggi, penebaran kapur dilakukan sebanyak 100 kg untuk 1 ha tambak.  Namun jika intensitas hujannya rendah, penebaran kapur dilakukan  sebanyak 50 kg untuk 1 ha tambak. “Pengapuran ini dilakukan pada saat  persiapan tambak dan diulang setiap minggu,” jelasnya.
Vitamin dan Probiotik 
Dalam menghadapi musim hujan ini, memperbaiki kondisi dan daya tahan  udang harus terus dilakukan. Penguatan kondisi dan daya tahan udang  dilakukan dengan pemberian pakan yang baik, multivitamin dan probiotik.  Zainoedin menguraikan untuk pemberian pakan disesuaikan dengan standar  pabrikan. Sedangkan untuk pemberian multivitamin di musim hujan  diberikan ekstra setiap kali pemberian pakan di tambak. “Pemberian  multivitamin yang dicampurkan ke pakan ini kalau dalam kondisi normal  cukup seminggu sekali,” katanya.
Sementara itu, probiotik digunakan sebagai bakteri pengurai sedimen  tambak. Penggunaan bakteri pengurai dengan interval pemberian seminggu  sekali ini sebagai investasi karena plankton akan banyak dan stabil  bahkan udang pun tidak perlu diberi makanan di 1 bulan pertama karena  makanan tersedia secara alami. “Dengan pengapuran dan penggunaan  probiotik ini sejak tambak dibuat sampai sekarang tidak pernah direhab  dan hasil panen pun terus meningkat,” ungkapnya.
Pertumbuhan Cepat
Tidak hanya dampak negatifnya, tapi musim hujan pun memberikan dampak  positif bagi udang. Pertumbuhan udang justru lebih cepat dan udang cepat  molting (pelepasan kulit). “Kalau hujan kadar garam menurun dan  kecenderungan udang cepat molting dan fasenya bisa serempak,” kata  Zainoedin.
Hal senada disampaikan Nandi yang menyatakan pertumbuhan udang di musim  hujan cenderung lebih baik. Dari pertumbuhan udang dalam kondisi normal  antara  2 – 2,5 g per minggu di musim hujan bisa mencapai 3 gr per  minggu.
Sumber : http://www.trobos.com/
 
Artikel keren lainnya:
 
Belum ada tanggapan untuk "Kiat Budidaya Udang di Musim Hujan"
Posting Komentar