Oleh: Khairul Amri Hatta
“Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat
durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah, Yang telah menciptakan kamu
lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu
seimbang dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun
tubuhmu,” ( Al-Infitahaar 6-7).
SUDAH berabad–abad lamanya usaha penafsiran di balik sejarah
Embriologi menjadi sebuah misteri, yakni tentang proses penciptaan
manusia yang sebelumnya telah tertulis dalam lembaran-lembaran sejarah,
dan hal itu menujukkan bahwa hasrat manusia untuk mengetahuinya begitu
sangat kuat.
“Dari apakah Allah menciptakannya (Manusia)?” (QS. Abasa: 18).
Dari pertanyaan mendasar inilah sejarah merekam segalah usaha manusia
dalam mengungkap hal itu, berdasarkan hasil akumulasi data dari para
ahli sejarah sebuah konferensi, sejarah Embriologi dapat dirincikan
dalam beberapa tahapan sejarah berikut ini:
Fase deskriptif (Penggambaran)
Tahap pertama ini juga disebut sebagai `Embriologi deskriptif` di
mana fase ini dimulai pada enam abad SM yang lalu, dan berlanjut hingga
abad kesembilan belas. Dalam periode ini fenomena tentang perkembangan
janin hanya sebatas dugaan-dugaan manusia pada waktu itu, seperti yang
terdapat dalam Manuskrip Mesir Kuno di zaman keturunan Firaun keempat,
kelima dan keenam bahwa janin diibaratkan sebagai plasenta atau ari-ari.
Mereka juga menyakini bahwa plasenta Raja tersebut menyimpan kekuatan
sihir gaib, hal tersebut terus mereka yakini hingga memasuki priode
Yunani kuno dan setelahnya. Pada priode ini juga terdapat manuskrip
terkuno yang menujukkan tentang `Pencegahan Kehamilan` tertulis dalam
bahasa Alheira (bahasa Mesir kuno sebelum hieroglif) pada papirus yang
kembali ke tahun 2000 dan 1800 tahun sebelum masehi.
Ketika ilmu pengetahuan dan logika mulai bersanding dan saling
melengkapi, kaitan janin dengan hal-hal Khuraft seperti kekuatan magis
pada era Firaun tidak lagi dianggap pada Zaman Yunani Kuno, namun
kekuatan Logika hanya sebatas spekulasi yang tak selamanya konsis di
atas kebenaran fakta, hal demikian juga terdapat di zaman kita sekarang.
Seperti yang dijelaskan dalam salah satu konsep penting dalam sejarah
Embrio (di zaman Yunani kuno) yang disebut dengan `Evolusi berangsur`,
teori yang banyak diuraikan dalam tulisan-tulisan Aristoteles ( yang
sangat berpengaruh di Zamannya dan Setelahnya) pada bagian pertama dari
catatan sejarah , dan sejak berlalunya 200 tahun Setelah Masehi hingga
memasuki abad ke-16, sama sekali belum terdapat pengetahuan mengenai
embriologi dalam literatur ilmiah Barat. Kalaulah tanpa usaha dan
perhatian para penulis Muslim terdapat pengetahun-pengetahuan Yunani
Kuno, maka bisa dikatakan informasi tulisan-tulisan Kuno tersebut akan
terkubur selamanya.
Pada Abad ke-17 tepatnya pada tahun 1604, setelah membuahkan hasil
dari perdebatan dan penelitian Ilmiah, Fabricios berhasil menyusun
gambar dari proses evolusi embrio ayam.
Menjelaskan gambar tahapan evolusi embrio Ayam ( diambil dari buku:Permission from De Formatione ovi Fabrius Meyer 1939)
Perlu digaris bawahi bahwa pada masa tersebut para peneliti masih
mengekor kepada pemahaman Arsitoles bahwa embrio berasal dari Darah
haid. Dan mereka pun meyakini bahwa proses evolusi embrio manusia hanya
sebatas penambahan ukuran bentuk.
Gambar penambahan ukuran tubuh bentuk pada embrio manusia(Permission from Neddham 1959)
Ketika kesimpulan embriologi ini mulai tersebar luas dan diimani
kebanyakan Dokter pada waktu itu, para Ulama muslim justru membantahnya
dan mengatakan bahwa embrio berasal dari air mani bukan berasal darah
haid dengan argument dari Firman Allah Swt:
“
Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim),” (QS. Al-Qiyamah: 37]
Dan beberapa riwayat dalam Hadist Rasulullah (2), yang tentunya para
peneliti Non Muslim tidak menggangap hal itu. Diantara para ulama Muslim
yang membantah hal tersebut Ibnu Hajar Al-Asqlany dalam Fathul Bary
(852 H atau 1449 Masehi) (3).
Pada tahun 1673 beranjak dari penemuan mikroskop, Van Leeuwenhoek akhirnya sampai pada pengetahuan mengenai sel sperma.
Gambar betuk Sperma Mani pada Masa Leeuwenhoek (Permission from Meyer, 1939)
Kemudian berhasil menemukan beberapa bentuk sel sperma yang disebarkan pada tahun 1701.
Pada tahun 1694, Hartsoeker sempat menemukan gambaran yang cukup
jelas tentang pembentukan sel Sperm, kemudian para Ilmuwan meneliti dan
memperjelas kembali lalu menyimpulkan bahwa : kesempurnahan dari proses
pembentukan Manuisa terjadi di dalam tubuh Sperma.
Gambar yang menjelaskan bentuk manusia dalam sel sperma, diambil dari karangannya Hartsoeker 1694 .Hartsoeker Essay de Dioptrique 1694 (Permission from Meyer 1939)
Dengan kata lain mereka belum mengetahui bahwa Bentuk sempurnah dari
evolusi Manusia terjadi pada Rahim Ibu dengan melalui berbagai tahapan
dan pembentukan seperti yang dijelaskan dalam Al-Quran bahwa proses
pembentukan manusia sempuran tidak terbentuk setelah melalui beberapa
Fase dalam Rahim Ibu, dalam Firman-Nya:
“…Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan…” (QS. Az-Zumar: 6).
Salah seorang Ilmuwan yang bernama Marcello Malpighi (yang saat
itu dinggapa sebagai bapak Ilmu Embriologi) Setelah melalui studi
tentang telur pada tahun 1086 H – 1675 M, maka ia berkesimpulan bahwa
Bentuk tubuh Ayam kecil telah ada sebelum terbuhainya telur pada Ayam.
Pada saat itu muncul anggapan sebagian Ilmuwan bahwa tahapan
kesempuraan pembentukan manusia terjadi pada Ovum (Sel telur pada
perempuan), dan di sisi lain terdapat anggapan bahwa bentuk manusia utuh
tejadi dalam tubuh sel Sperma. Kontroversi teori dari kedua bela pihak
tersebut terus belanjut hingga memasuki tahun 1186 H -1775 M, ketika
Lazzaro Spallanzani Mengunggkapkan kaitan mendasar yang sangat penting
antara Spermatozoid (sel Sperma) dan Ovum dalam proses pembentukan
Manusia, dan mengenai permasalahan itu ternyata telah dirincikan dalam
Al-Quran dan Hadist:
“
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempua,” (Al-Hujuraat: 13).
Dari Ibnu Masud bahwa: Seorang Yahudi bertanya kepada Rasulullah
Saw, wahai Muhammad dari manakah Manusia Diciptakan ?, Maka Beliau
bersabda: Wahai yahudi,(diciptakan) dari setiap Air mani Laki-laki dan
Perempuan (HR. Muslim) (2).
Referensi:
Al-Quran
Fath Al-Bari: penerbit
Darul Marifah, Beirut
Sahih Muslim:
Darul Ihyau Thurast Arab, Beirut.
Abu Dawud:
Darul Hadist, Suriah
Tabraani:
Ibnu Taimiyah Press, Mesir.
Diambil dari tulisan G C Geornger, Syaikh Abdul Majeed al-Zindany,
dan Mustafa Ahmed, pada Bab: Sejarah Embriologi dalam Buku Embriologi
dalam Al-Quran dan As-Sunnah:
http://www.jameataleman.org/main/articles.aspx?article_no=1481
1. Penelitian ini disampaikan dalam Konferensi Dunia Pertama tentang
Mukjizat Ilmiah dalam Al-Quran dan Sunnah di Islamabad, Pakistan (Safar
1408 H. bertepatan dengan Oktober 1987).
2. hadist tentang Sperma:
عن عبدالله بن مسعود رضي الله عنه أنه قال : “مر يهودي
برسول الله صلى الله عليه وسلم وهو يحدث أصحابه فقالت قريش : يا يهودي إن
هذا يزعم أنه نبي فقال لأسألنه عن شئ لا يعلمه إلا نبي ، قال فجاء حتى جلس
ثم قال : يا محمد مم يخلق الإنسان ؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
“يا يهودي من كلٍ يخلق من نطفة الرجل ومن نطفة المرأة”
HR. Muslim 1: 422, Musnad Imam Ahmad 3: 166
3. berkata Imam Ibnu Hajar Al-Asqlany:
“زعم كثير من أهل التشريح أن منى الرجل لا أثر له فى الولد إلا فى عقده. وأنه إنما يتكون من دم الحيض وأحاديث الباب تبطل ذلك”
Fathul Bary jilid 11
4. Diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud, dan Tabraani, dan Jaafar Algriabi dan disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam Fath 11:48.
Sumber : http://www.islampos.com/
Belum ada tanggapan untuk "Al-Quran dan Rekam Jejak Penafsiran Embryologi dari Masa ke Masa (1)"
Posting Komentar